Sumber Daya Alam Mineral logam

1) Mineral Logam
a) Nikel
Nikel biasanya terbentuk bersama-sama dengan kromit
dan platina dalam batuan ultrabasa seperti peridotit, baik
termetamorfkan, ataupun tidak. Terdapat dua jenis endapan
nikel yang bersifat komersil, yaitu sebagai hasil konsentrasi
residual silika dan pada proses pelapukan batuan beku
ultrabasa serta sebagai endapan nikel-tembaga sulfida, yang
biasanya berasosiasi dengan pirit, pirotit, dan kalkopirit.
Pemanfaatan nikel digunakan untuk campuran besi menjadi
baja, pelapis logam serta campuran kuningan atau perunggu.
Terdapat di Sulawesi selatan wilayah Pomala, Danau
Tawoti, Maluku Utara, dan Pegunungan Cylops (Papua).
b) Bijih besi
Bijih besi berasal dari bijih silikat pada batuan ultrabasa
yang telah mengalami penghancuran. Besi berwujud dalam
perbagai jenis oksida besi, seperti magnetit, titaniferous magnetit, ilmenit, limonit, dan hemati. Titaniferous magnetit
adalah bagian yang cukup penting merupakan perubahan
dari magnetit dan ilmenit. Mineral bijih pasir besi terutama
berasal dari batuan basaltik dan andesitik volkanik. Besi
banyak dimanfaatkan untuk campuan semen dan pada
industri logam. Tersebar di Cilacap (Jawa Tengah), Kotawaringin
(Kalimantan Tengah), Cilegon (Jawa Barat), dan Pulau Obi
(Maluku).
c) Timah
Timah merupakan bahan endapan pada batuan granit,
banyak terdapat di dasar-dasar sungai purba. Terbentuknya
timah sebagai endapan primer pada batuan granit dan pada
daerah sentuhan batuan endapan metamorf yang biasanya
berasosiasi dengan turmalin dan urat kuarsa timah, serta
sebagai endapan sekunder, yang di dalamnya terdiri atas
endapan alluvium, aluvial, dan koluvium.
Mineral yang terkandung di dalam bijih timah pada
umumnya mineral utama yaitu kasiterit, sedangkan pirit,
kuarsa, zircon, ilmenit, plumbum, bismut, arsenik, stibnite,
kalkopirit, kuprit, xenotim, dan monasit merupakan mineral
ikutan.
Pemanfaatan timah di antaranya digunakan untuk
peluru, pelapis kaleng, pembungkus rokok, campuran
kuningan dan perunggu. Bijih timah tersebar di Pulau
Bangka Belitung, Pulau Singkep, dan Pulau Karimun.
d) Emas, Tembaga, dan Perak Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah
ditempa, kekerasannya berkisar antara 2,5–3 (skala Mohs),
serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan
logam lain yang berpadu dengannya.
Emas keberadaannya berasosiasi dengan tembaga dan
perak dalam batuan andesit tua. Banyak terdapat di sekitar
gunung api yang telah mati.
Potensi endapan emas terdapat di hampir setiap daerah
di Indonesia, seperti di Pulau Sumatra, Kepulauan Riau,
Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, Nusa
Tenggara, Maluku, dan Papua.
e) Tembaga(Cu)
Unsur tembaga terdapat pada hampir 250 mineral,
namun hanya sedikit saja yang komersial. Pada endapan
sulfide primer mineral terbesar adalah endapan kalkopirit
(CuFeS2), diikuti oleh kalkosit (Cu2S), bornit (Cu5FeS4), kovelit
(CuS), dan enargit (Cu3AsS4). Mineral tembaga utama dalam
bentuk deposit oksida adalah krisokola (CuSiO32HO), malasit
(Cu2(OH)2CO3), dan azurit (Cu3(OH)2(CO)3).
Deposit tembaga dapat diklasifikasikan dalam lima tipe,
yaitu deposit porfiri, urat, dan replacement, deposit
stratabound dalam batuan sedimen, deposit masif pada
batuan vulkanik, deposit tembaga nikel dalam intrusi/mafik,
serta deposit native. Umumnya bijih tembaga di Indonesia
terbentuk secara magmatik. Pembentukan endapan magmatik
dapat berupa proses hidrotermal atau metasomatisme.
Logam tembaga banyak digunakan dalam industri
peralatan listrik. Kawat tembaga dan paduan tembaga
digunakan dalam pembuatan motor listrik, generator, kabel
transmisi, instalasi listrik rumah dan industri, kendaraan
bermotor, konduktor listrik, kabel dan tabung coaxial, tabung
microwave, sakelar, reaktifier transsistor, bidang telekomunikasi,
dan bidang-bidang yang membutuhkan sifat konduktivitas
listrik dan panas yang tinggi.
Potensi tembaga terbesar yang dimiliki Indonesia
terdapat di Papua, kemudian di Jawa Barat, Sulawesi Utara,
dan Sulawesi Selatan.
f) Bauksit
Bauksit merupakan bahan yang heterogen, yang
mempunyai mineral dengan susunan terutama dari oksida
aluminium, yaitu berupa mineral buhmit (Al2O3H2O) dan
mineral gibsit (Al2O33H2O). Secara umum bauksit
mengandung Al2O3 sebanyak 45–65%, SiO2 1–12%, Fe2O3
2–25%, TiO2 >3%, dan H2O 14–36%.
Bijih bauksit terjadi di daerah tropika dan subtropika
dengan memungkinkan pelapukan sangat kuat. Bauksit
terbentuk dari batuan sedimen yang mempunyai kadar Al
nisbi tinggi, kadar Fe rendah, dan kadar kuarsa (SiO2)
bebasnya sedikit atau bahkan tidak mengandung sama
sekali. Batuan tersebut (misalnya sienit dan nefelin yang
berasal dari batuan beku, batu lempung, lempung dan
serpih). Batuan-batuan tersebut akan mengalami proses
lateritisasi, yang kemudian oleh proses dehidrasi akan
mengeras menjadi bauksit.
Bauksit dapat ditemukan dalam lapisan mendatar tetapi
kedudukannya di kedalaman tertentu.Pemanfaatannya
untuk pembuatan alat dapur, kendaraan, pesawat terbang.
Tersebar di Pulau Bintan, Pulau Galang Besar, dan Singkawang
(Kalimantan Barat).

DAFTAR PUSTAKA:
http://id.shvoong.com/exact-sciences/earth-sciences/2058664-sumber-daya-alam-mineral-logam/